6 Juli 2009

Mencari Pahlawan Indonesia

Dulu ketika saya masih kuliah saya sempat membuat sebuah ringkasan dari acara bedah buku “Mencari Pahlawan Indonesia” karya Anis Matta, buku tersebut merupakan buku favorit saya waktu itu. Dan beberapa hari yang lalu secara tidak sengaja saya temukan ringkasan tsb. Saya pikir, bagus kalo diposting di blog, siapa tahu bermanfaat atau minimal agar blog ini tidak hanya berisi tulisan copy paste, tapi minimal ada satu dua tulisan original dari tangan saya sendiri..Selamat menyimak, semoga bermanfaat…
Assalaamu’alaikum Wr. Wb

Tulisan ini merupakan notulensi dari acara launching buku “Mencari Pahlawan Indonesia” karya Anis Matta yang berisi kumpulan tulisan serial kepahlawanan di Majalah Tarbawi. Acara tsb diadakan di Auditorium UPN “Veteran” Yogyakarta pada hari Ahad tanggal 29 Februari 2004. Acara ini terselenggara atas kerjasama The Tarbawi Center dengan KAMMI cabang Jogja. Dengan menghadirkan Anis Matta yang menulis buku dan Ust. Cahyadi Tjakariawan sebagai pembedah. Selama kurang lebih 30 menit Pak Anis Matta menyampaikan latar belakang penulisan buku tersebut. Beliau mulai menulis serial kepahlawanan pada tahun 1999 ketika pada waktu itu Indonesia sedang mengalami krisis multidimensi. Sebenarnya permasalahnnya bukan terletak pada krisis akan tetapi masalah utamanya adalah kelangkaan para pahlawan yang mau serta mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Menurut Pak Anis Matta “pahlawan” adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang, dalam sepi, sendiri, dan waktu yang lama. Setiap orang -tanpa harus memiliki status pahlawan- yang mau melakukan pekerjaan-pekerjaan besar tanpa mengharapkan imbalan, penghargaan, maupun pujian dari orang lain maka dialah pahlawan sejati. Orang-orang yang berada di dekat pahlawan akan mencium keharuman dari pahlawanan tsb akan tetapi sang pahlawan sendiri tidak mencium keharuman tsb, yang dia rasakan adalah beban. Mereka para pahlawan secara sadar merebut takdir mereka untuk menanggung beban yang berat, beban orang lain dalam waktu yang lama dan terus menerus sampai akhir hidup mereka.
Setelah 30 menit berlalu, kemudiaan dilanjutkan dengan bedah buku yang disampaikan oleh Ust. Cahyadi Tjakariawan, beliau hanya berbicara sebentar, sedikit menyampaikan tentang profil Anis Matta yang berasal dari Bone, sebagai seorang pemberani. Kemudiaan beliau menyampaikan opininya tentang buku tsb, bahwasanya buku “Mencari Pahlawan Indonesia” menggambarkan adanya sikap optimisme, bahwa kita sebenarya mampu untuk menjadi pahlawan dan memberikan kontribusi untuk menyelesaikan permasalahan bangsa ini, tinggal apakah kita mau merebut takdir kita tsb. Beliau juga mengatakan bahwa seharusnya buku tsb tidak berjudul “Mencari Pahlawan Indonesia” tetapi “ Menemukan Pahlawan Indonesia” . Karena sebenarnya pahlawannya itu sudah ada. Beliau menyunting pernyataan yang disampaikan oleh seorang Dosen Ekonomi UGM yang dalam suatu forum tertentu pernah mengatakan “ Sebenarnya orang-orang yang mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa ini sudah ada, hanya mereka masih bersembunyi”. Beliau, Ust. Cahyadi menyindir Pak Anis Matta dengan sebuah pertanyaan,” Mengapa orang –orang seperti Pak Anis Matta yang sudah tidak kita ragukan kemampuannya tidak mau muncul di kancah perpolitikan kita saat ini, sehingga kita jarang menemukan atau melihat nama Pak Anis Matta dalam media seperti KOMPAS, TEMPO, media cetak maupun media audio visual.lainnya?”.Sehingga yang akhirnya menjadi rujukan dalam bidang politik adalh orang-orang yang mungkin tidak paham dengan politik itu sendiri. “Mengapa pahlawan kita ini(baca: Anis Matta) sepertinya bersembunyi?”
Akhirnya setelah selesai hiburan nasyid dari lentera, acara dilanjutkan dengan tanya jawab. Ketika dibuka cermin pertama banyak sekali yang angkat tangan untuk mengajukan pertanyaan. Akhirnya diberi kesempatan sekitar 7 orang untuk mengajukan pertanyaan, dan ternyata setiap orang menanyakan lebih dari satu pertanyaan. Dari sekitar 16 pertanyaan yang terkumpul, Pak Anis Matta berusaha menjawabnya secara umum. Beliau mulai dari pertanyaan Pak Cahyadi yang menanyakan mengapa beliau tidak mau muncul dalam politik. Di jawab secara panjang lebar oleh Pak Anis MAtta, dulu saat pemerintahan BJ. Habibie beliau sempat diminta untuk jadi menteri pemuda dan olahraga. Akan tetapi beliau menolak karena ingin melanjutkan dulu S2. Beliau mengatakan bahwa menerima jabatan sebelum waktunya adalah sebuah “jebakan”. Beliau masih ingin menimba ilmu sebelum benar-benar terjun ke dunia nyata. Alasan yang paling kuat adalah karena adanya pernyataan dari Imam Syafi’i yang masih diingatnya hingga sekarang, Imam Syafi’i pernah mengatakan “kalau ada orang muda yang muncul terlalu cepat maka ia akan kehilangan banyak ilmu”. Beliau juga ingat nasehat dosennya dulu yang berpesan “ Anis, Kalo kamu mau menjadi ulama, maka kamu jangan pernah sekali-kali mau menerima jabatan dalam intitusi pendidikan (baca: jadi dekan atau rector), karena tugas seorang ulama adalah membaca dan menulis untuk menghasilkan suatu karya bukan mengurusi administrasi yang akan menghabiskan waktumu. Selain pertanyaan diatas juga ada pertanyaan dari peserta yang cukup menarik yaitu apakah seorang wanita bisa menjadi pahlwan. Dijawab bahwa wanita itu menjadi penopang dan sumber energi dari pahlawan. Ketika seorang pahlawan menghabiskan energinya di luar rumah maka ia harus segera mengisinya kembali di dalam rumah. Dan situlah peranan seorang wanita. Kekuatan seorang wanita ada pada kelembutannya. Ketika di dalam rumah seorang pahlawan bisa berlagak seperti anak kecil dihadapan istrinya dan pada saat itulah dia menyedot energi. Dan antara kedua-duanya( pahlawan dan wanita yang menopangnya) sama-sama masuk surga, begitu apa yang dikatakan Pak Annis MAtta. Ada juga pertanyaan dari peserta yang menanyakan apa yang harus dilakukan jika ingin menjadi pahlawan. Dijwab oleh Pak Annis Matta, bahwa ada 4 langkah yang harus dilalui, yaitu : 1. Tentukan motif, mengapa kita mau menjadi pahlwan? apa tujuan kita? 2. Rumuskan medan karya, daftar karya-karya apa yang bisa kita hasilkan dan pilih! selanjutnya siapa yang akan menggunakan karya kita tersebut??3. Tumpahkan karya, hasilkan karya! 4. Konsistensi, terus –menerus dalam berkarya! Keempat hal itulah yang harus dilakukan orang yang mau jadi pahlawan. Dan pada menit-menit akhir, Pak Anis Matta menyampaikan bahwa kerja pahlawan tidaklah harus terlihat heroik (menakjubkan), seperti mahasiswa yang berorasi saat demo dgn suara lantang dan menggebu-gebu untuk mengkritik pemerintah, akan tetapi mahasiswa yang setelah pulang dari kampus, duduk membaca di dalam kamarnya yang sepi, dari siang sampai larut malam, itu juga kerja para pahlawan. Setiap pahlawan memiliki bidangnya masing-masing yang berbeda, tapi yang tidak membedakan antara pahlawan satu dengan yang lainnya adalah mereka adalah orang-orang yang ikhlas dan rela berkorban.
Tulisan ini ditulis oleh orang yang bercita-cita untuk menjadi Pahlawan
Penulis adalah staf redaksi bulletin Boulevard.
Beberapa pesen dari annis matta yang tersurat dari ceritanya tentang Sayyid Qutb. “Setelah pulang dari sekolah, aku di kamar duduk membaca sampai larut malam, setelah selesai membaca aku membuat makalah. Di pagi harinya sebelum ke sekolah aku pergi ke redaktur untuk menyerahkan makalahku. Setelah pulang sekolah, aku duduk di kamar membaca sampai larut malam, membuat makalah, menyerahkan ke redaktur dan begitulah seterusnya setiap hari. Dan itulah Sayyid Qutb”. Dan setelah 40 tahun, hasil karya beliau meledak di pasaran dengan kitab “ Fiidhilallil Qur’an”. Sehingga pada kata pengantar dari kitab tsb beliau(sayyid qutb) mengatakan,”buku ini ditulis oleh orang yang selama 40 tahun menghabiskan umurnya untuk membaca, membaca, dan membaca.”
Dan hal tsb hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh Anis Matta dalam setiap harinya. “Membaca, membaca, dan membaca”
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

oleh: Anis Matta



Tidak ada komentar:

Blog Archive