2 Februari 2013

Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?


'Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?

Terbayang di benak kita, istri shalihah adalah wanita yang senantiasa menjaga shalat, banyak melakukan shalat sunnah, berpuasa bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji, rajin melaksanakan ibadah umrah, tak pernah berhenti berdzikir kepada Allah salat malam  dan komitmen menjaga hijab dan memelihara rumah. Bahkan ada seorang wanita yang merasa dengan mengamalkan itu semua, seorang wanita sudah dianggap wanita shalihah, kalau dilihat dari satu sisi kacamata, pemahaman seperti itu tidak salah – insya Allah – dia sudah dikatakan wanita shalihah sebagaimana yang dirasakan oleh kebanyakan wanita atau akhwat sekalipun ( istilah dalam bahasa arab untuk wanita ) bila dilihat dari sisi kepentingan pribadi wanita itu saja. Akan tetapi, pemahaman itu masih kurang sempurna bila hanya dilihat dari manfaatnya untuk dirinya saja atau keshalihan dirinya saja tanpa memperhatikan manfaat buat orang lain atau keshalihan buat orang lain terutama suaminya yang tersayang, itu bisa dilihat dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkaitan dengan penjelasan beliau tentang definisi wanita shalihah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Allah daripada istri yang shalihah. (Yaitu), bila ia menyuruhnya maka ia mentaatinya, bila suami memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah maka ia mendukungnya, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas rahimahullah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Empat hal yang termasuk kebahagiaan, yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal termasuk penderitaan adalah tetangga yang buruk, istri yang buruk, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang sempit. (HR. Ahmad).
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan, wanita shalihah merupakan salah satu sebab kebahagiaan dari empat sebab kebahagiaan. Dan sebaliknya, wanita yang tidak shalihah merupakan salah satu dari empat penyebab kesengsaraan. Hadits Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berikut mempertegas hal tersebut.
 Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalihah.
1>   Jika engkau memandangnya, engkau akan kagum kepadanya.
2>    Dan jika engkau pergi darinya, engkau tetap merasa aman tentang dirinya dan hartamu.
Dan di antara kesengsaraan adalah
1>   wanita yang apabila engkau memandangnya, engkau merasa enggan, lalu dia mengungkapkan kata-kata kotor kepadamu.
2>   Dan jika engkau pergi darinya, engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu.” (HR. Ibnu Hibban di dalam as-Silsilah ash-Shahihah, hadits no. 282).
Tampak jelas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan empat karakteristik wanita shalihah. Keshalihan seorang wanita tidak hanya terbatas pada banyaknya shalat, baca qur'an, puasa, haji, umrah atau banyak berdzikir kepada AllahAzza wa Jalla. Empat sifat atau akhlak di atas berkaitan dengan kepuasan dan ridha suami terhadap istri, dari mulai sikap mentaati, berhias, dan menjaga diri serta memelihara harta sang suami.
Seorang wanita, apabila shalat dengan baik, qiyamul-lail hingga kakinya bengkak, selalu berpuasa, dan lisannya senantiasa berdzikir serta berhijab dengan sempurna, ia tidak bisa disebut sebagai wanita shalihah apabila ia selalu melawan suami, berpenampilan kurang sedap di hadapan suami, bersikap kurang ramah, tidak menjaga dirinya, serta membelanjakan harta suami tanpa seizinnya dan memperturutkan hawa nafsunya, yang lainya misalnya merasa tidak puas dengan perekonomian sang suami sehingga selalu menuntut tiap hari keurangan-kekurangan  yang ada, bahkan begitu banyak wanita-wanita yang mengaku dirinya wanita shalihah minta diceraikan hanya gara-gara urusan materil saja, waliyadzubillah, manakah salah satu sifat keshalihahnya terhadap suami dari sifatnya yang qonaah?
 Oleh karenanya, keberadaan wanita shalihah semestinya dipandang dari tujuan utama diciptakanya wanita, yaitu berfungsi sebagi sumber ketenangan dan ketenteraman suami.bila seorang wanita belum bisa membuat suaminya tenang didalam dan diluar rumah maka masih dipertanyakan keshalihahnya atau keshalihahnya belum sempurna, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu dari istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?


Terbayang di benak kita, istri shalihah adalah wanita yang senantiasa menjaga shalat, banyak melakukan shalat sunnah, berpuasa bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji, rajin melaksanakan ibadah umrah, tak pernah berhenti berdzikir kepada Allah salat malam  dan komitmen menjaga hijab dan memelihara rumah. Bahkan ada seorang wanita yang merasa dengan mengamalkan itu semua, seorang wanita sudah dianggap wanita shalihah, kalau dilihat dari satu sisi kacamata, pemahaman seperti itu tidak salah – insya Allah – dia sudah dikatakan wanita shalihah sebagaimana yang dirasakan oleh kebanyakan wanita atau akhwat sekalipun ( istilah dalam bahasa arab untuk wanita ) bila dilihat dari sisi kepentingan pribadi wanita itu saja. Akan tetapi, pemahaman itu masih kurang sempurna bila hanya dilihat dari manfaatnya untuk dirinya saja atau keshalihan dirinya saja tanpa memperhatikan manfaat buat orang lain atau keshalihan buat orang lain terutama suaminya yang tersayang, itu bisa dilihat dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkaitan dengan penjelasan beliau tentang definisi wanita shalihah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Allah daripada istri yang shalihah. (Yaitu), bila ia menyuruhnya maka ia mentaatinya, bila suami memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah maka ia mendukungnya, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas rahimahullah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Empat hal yang termasuk kebahagiaan, yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal termasuk penderitaan adalah tetangga yang buruk, istri yang buruk, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang sempit. (HR. Ahmad).
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan, wanita shalihah merupakan salah satu sebab kebahagiaan dari empat sebab kebahagiaan. Dan sebaliknya, wanita yang tidak shalihah merupakan salah satu dari empat penyebab kesengsaraan. Hadits Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berikut mempertegas hal tersebut.
 Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalihah.
1>   Jika engkau memandangnya, engkau akan kagum kepadanya.
2>    Dan jika engkau pergi darinya, engkau tetap merasa aman tentang dirinya dan hartamu.
Dan di antara kesengsaraan adalah
1>   wanita yang apabila engkau memandangnya, engkau merasa enggan, lalu dia mengungkapkan kata-kata kotor kepadamu.
2>   Dan jika engkau pergi darinya, engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu.” (HR. Ibnu Hibban di dalam as-Silsilah ash-Shahihah, hadits no. 282).
Tampak jelas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan empat karakteristik wanita shalihah. Keshalihan seorang wanita tidak hanya terbatas pada banyaknya shalat, baca qur'an, puasa, haji, umrah atau banyak berdzikir kepada AllahAzza wa Jalla. Empat sifat atau akhlak di atas berkaitan dengan kepuasan dan ridha suami terhadap istri, dari mulai sikap mentaati, berhias, dan menjaga diri serta memelihara harta sang suami.
Seorang wanita, apabila shalat dengan baik, qiyamul-lail hingga kakinya bengkak, selalu berpuasa, dan lisannya senantiasa berdzikir serta berhijab dengan sempurna, ia tidak bisa disebut sebagai wanita shalihah apabila ia selalu melawan suami, berpenampilan kurang sedap di hadapan suami, bersikap kurang ramah, tidak menjaga dirinya, serta membelanjakan harta suami tanpa seizinnya dan memperturutkan hawa nafsunya, yang lainya misalnya merasa tidak puas dengan perekonomian sang suami sehingga selalu menuntut tiap hari keurangan-kekurangan  yang ada, bahkan begitu banyak wanita-wanita yang mengaku dirinya wanita shalihah minta diceraikan hanya gara-gara urusan materil saja, waliyadzubillah, manakah salah satu sifat keshalihahnya terhadap suami dari sifatnya yang qonaah?
 Oleh karenanya, keberadaan wanita shalihah semestinya dipandang dari tujuan utama diciptakanya wanita, yaitu berfungsi sebagi sumber ketenangan dan ketenteraman suami.bila seorang wanita belum bisa membuat suaminya tenang didalam dan diluar rumah maka masih dipertanyakan keshalihahnya atau keshalihahnya belum sempurna, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu dari istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?


Terbayang di benak kita, istri shalihah adalah wanita yang senantiasa menjaga shalat, banyak melakukan shalat sunnah, berpuasa bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji, rajin melaksanakan ibadah umrah, tak pernah berhenti berdzikir kepada Allah salat malam  dan komitmen menjaga hijab dan memelihara rumah. Bahkan ada seorang wanita yang merasa dengan mengamalkan itu semua, seorang wanita sudah dianggap wanita shalihah, kalau dilihat dari satu sisi kacamata, pemahaman seperti itu tidak salah – insya Allah – dia sudah dikatakan wanita shalihah sebagaimana yang dirasakan oleh kebanyakan wanita atau akhwat sekalipun ( istilah dalam bahasa arab untuk wanita ) bila dilihat dari sisi kepentingan pribadi wanita itu saja. Akan tetapi, pemahaman itu masih kurang sempurna bila hanya dilihat dari manfaatnya untuk dirinya saja atau keshalihan dirinya saja tanpa memperhatikan manfaat buat orang lain atau keshalihan buat orang lain terutama suaminya yang tersayang, itu bisa dilihat dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkaitan dengan penjelasan beliau tentang definisi wanita shalihah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Allah daripada istri yang shalihah. (Yaitu), bila ia menyuruhnya maka ia mentaatinya, bila suami memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah maka ia mendukungnya, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas rahimahullah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Empat hal yang termasuk kebahagiaan, yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal termasuk penderitaan adalah tetangga yang buruk, istri yang buruk, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang sempit. (HR. Ahmad).
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan, wanita shalihah merupakan salah satu sebab kebahagiaan dari empat sebab kebahagiaan. Dan sebaliknya, wanita yang tidak shalihah merupakan salah satu dari empat penyebab kesengsaraan. Hadits Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berikut mempertegas hal tersebut.
 Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalihah.
1>   Jika engkau memandangnya, engkau akan kagum kepadanya.
2>    Dan jika engkau pergi darinya, engkau tetap merasa aman tentang dirinya dan hartamu.
Dan di antara kesengsaraan adalah
1>   wanita yang apabila engkau memandangnya, engkau merasa enggan, lalu dia mengungkapkan kata-kata kotor kepadamu.
2>   Dan jika engkau pergi darinya, engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu.” (HR. Ibnu Hibban di dalam as-Silsilah ash-Shahihah, hadits no. 282).
Tampak jelas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan empat karakteristik wanita shalihah. Keshalihan seorang wanita tidak hanya terbatas pada banyaknya shalat, baca qur'an, puasa, haji, umrah atau banyak berdzikir kepada AllahAzza wa Jalla. Empat sifat atau akhlak di atas berkaitan dengan kepuasan dan ridha suami terhadap istri, dari mulai sikap mentaati, berhias, dan menjaga diri serta memelihara harta sang suami.
Seorang wanita, apabila shalat dengan baik, qiyamul-lail hingga kakinya bengkak, selalu berpuasa, dan lisannya senantiasa berdzikir serta berhijab dengan sempurna, ia tidak bisa disebut sebagai wanita shalihah apabila ia selalu melawan suami, berpenampilan kurang sedap di hadapan suami, bersikap kurang ramah, tidak menjaga dirinya, serta membelanjakan harta suami tanpa seizinnya dan memperturutkan hawa nafsunya, yang lainya misalnya merasa tidak puas dengan perekonomian sang suami sehingga selalu menuntut tiap hari keurangan-kekurangan  yang ada, bahkan begitu banyak wanita-wanita yang mengaku dirinya wanita shalihah minta diceraikan hanya gara-gara urusan materil saja, waliyadzubillah, manakah salah satu sifat keshalihahnya terhadap suami dari sifatnya yang qonaah?
 Oleh karenanya, keberadaan wanita shalihah semestinya dipandang dari tujuan utama diciptakanya wanita, yaitu berfungsi sebagi sumber ketenangan dan ketenteraman suami.bila seorang wanita belum bisa membuat suaminya tenang didalam dan diluar rumah maka masih dipertanyakan keshalihahnya atau keshalihahnya belum sempurna, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu dari istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?


'Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?

Terbayang di benak kita, istri shalihah adalah wanita yang senantiasa menjaga shalat, banyak melakukan shalat sunnah, berpuasa bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji, rajin melaksanakan ibadah umrah, tak pernah berhenti berdzikir kepada Allah salat malam  dan komitmen menjaga hijab dan memelihara rumah. Bahkan ada seorang wanita yang merasa dengan mengamalkan itu semua, seorang wanita sudah dianggap wanita shalihah, kalau dilihat dari satu sisi kacamata, pemahaman seperti itu tidak salah – insya Allah – dia sudah dikatakan wanita shalihah sebagaimana yang dirasakan oleh kebanyakan wanita atau akhwat sekalipun ( istilah dalam bahasa arab untuk wanita ) bila dilihat dari sisi kepentingan pribadi wanita itu saja. Akan tetapi, pemahaman itu masih kurang sempurna bila hanya dilihat dari manfaatnya untuk dirinya saja atau keshalihan dirinya saja tanpa memperhatikan manfaat buat orang lain atau keshalihan buat orang lain terutama suaminya yang tersayang, itu bisa dilihat dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkaitan dengan penjelasan beliau tentang definisi wanita shalihah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Allah daripada istri yang shalihah. (Yaitu), bila ia menyuruhnya maka ia mentaatinya, bila suami memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah maka ia mendukungnya, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas rahimahullah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Empat hal yang termasuk kebahagiaan, yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal termasuk penderitaan adalah tetangga yang buruk, istri yang buruk, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang sempit. (HR. Ahmad).
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan, wanita shalihah merupakan salah satu sebab kebahagiaan dari empat sebab kebahagiaan. Dan sebaliknya, wanita yang tidak shalihah merupakan salah satu dari empat penyebab kesengsaraan. Hadits Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berikut mempertegas hal tersebut.
 Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalihah.
1>   Jika engkau memandangnya, engkau akan kagum kepadanya.
2>    Dan jika engkau pergi darinya, engkau tetap merasa aman tentang dirinya dan hartamu.
Dan di antara kesengsaraan adalah
1>   wanita yang apabila engkau memandangnya, engkau merasa enggan, lalu dia mengungkapkan kata-kata kotor kepadamu.
2>   Dan jika engkau pergi darinya, engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu.” (HR. Ibnu Hibban di dalam as-Silsilah ash-Shahihah, hadits no. 282).
Tampak jelas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan empat karakteristik wanita shalihah. Keshalihan seorang wanita tidak hanya terbatas pada banyaknya shalat, baca qur'an, puasa, haji, umrah atau banyak berdzikir kepada AllahAzza wa Jalla. Empat sifat atau akhlak di atas berkaitan dengan kepuasan dan ridha suami terhadap istri, dari mulai sikap mentaati, berhias, dan menjaga diri serta memelihara harta sang suami.
Seorang wanita, apabila shalat dengan baik, qiyamul-lail hingga kakinya bengkak, selalu berpuasa, dan lisannya senantiasa berdzikir serta berhijab dengan sempurna, ia tidak bisa disebut sebagai wanita shalihah apabila ia selalu melawan suami, berpenampilan kurang sedap di hadapan suami, bersikap kurang ramah, tidak menjaga dirinya, serta membelanjakan harta suami tanpa seizinnya dan memperturutkan hawa nafsunya, yang lainya misalnya merasa tidak puas dengan perekonomian sang suami sehingga selalu menuntut tiap hari keurangan-kekurangan  yang ada, bahkan begitu banyak wanita-wanita yang mengaku dirinya wanita shalihah minta diceraikan hanya gara-gara urusan materil saja, waliyadzubillah, manakah salah satu sifat keshalihahnya terhadap suami dari sifatnya yang qonaah?
 Oleh karenanya, keberadaan wanita shalihah semestinya dipandang dari tujuan utama diciptakanya wanita, yaitu berfungsi sebagi sumber ketenangan dan ketenteraman suami.bila seorang wanita belum bisa membuat suaminya tenang didalam dan diluar rumah maka masih dipertanyakan keshalihahnya atau keshalihahnya belum sempurna, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu dari istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?


'Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?

Terbayang di benak kita, istri shalihah adalah wanita yang senantiasa menjaga shalat, banyak melakukan shalat sunnah, berpuasa bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji, rajin melaksanakan ibadah umrah, tak pernah berhenti berdzikir kepada Allah salat malam  dan komitmen menjaga hijab dan memelihara rumah. Bahkan ada seorang wanita yang merasa dengan mengamalkan itu semua, seorang wanita sudah dianggap wanita shalihah, kalau dilihat dari satu sisi kacamata, pemahaman seperti itu tidak salah – insya Allah – dia sudah dikatakan wanita shalihah sebagaimana yang dirasakan oleh kebanyakan wanita atau akhwat sekalipun ( istilah dalam bahasa arab untuk wanita ) bila dilihat dari sisi kepentingan pribadi wanita itu saja. Akan tetapi, pemahaman itu masih kurang sempurna bila hanya dilihat dari manfaatnya untuk dirinya saja atau keshalihan dirinya saja tanpa memperhatikan manfaat buat orang lain atau keshalihan buat orang lain terutama suaminya yang tersayang, itu bisa dilihat dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkaitan dengan penjelasan beliau tentang definisi wanita shalihah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Allah daripada istri yang shalihah. (Yaitu), bila ia menyuruhnya maka ia mentaatinya, bila suami memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah maka ia mendukungnya, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas rahimahullah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Empat hal yang termasuk kebahagiaan, yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal termasuk penderitaan adalah tetangga yang buruk, istri yang buruk, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang sempit. (HR. Ahmad).
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan, wanita shalihah merupakan salah satu sebab kebahagiaan dari empat sebab kebahagiaan. Dan sebaliknya, wanita yang tidak shalihah merupakan salah satu dari empat penyebab kesengsaraan. Hadits Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berikut mempertegas hal tersebut.
 Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalihah.
1>   Jika engkau memandangnya, engkau akan kagum kepadanya.
2>    Dan jika engkau pergi darinya, engkau tetap merasa aman tentang dirinya dan hartamu.
Dan di antara kesengsaraan adalah
1>   wanita yang apabila engkau memandangnya, engkau merasa enggan, lalu dia mengungkapkan kata-kata kotor kepadamu.
2>   Dan jika engkau pergi darinya, engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu.” (HR. Ibnu Hibban di dalam as-Silsilah ash-Shahihah, hadits no. 282).
Tampak jelas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan empat karakteristik wanita shalihah. Keshalihan seorang wanita tidak hanya terbatas pada banyaknya shalat, baca qur'an, puasa, haji, umrah atau banyak berdzikir kepada AllahAzza wa Jalla. Empat sifat atau akhlak di atas berkaitan dengan kepuasan dan ridha suami terhadap istri, dari mulai sikap mentaati, berhias, dan menjaga diri serta memelihara harta sang suami.
Seorang wanita, apabila shalat dengan baik, qiyamul-lail hingga kakinya bengkak, selalu berpuasa, dan lisannya senantiasa berdzikir serta berhijab dengan sempurna, ia tidak bisa disebut sebagai wanita shalihah apabila ia selalu melawan suami, berpenampilan kurang sedap di hadapan suami, bersikap kurang ramah, tidak menjaga dirinya, serta membelanjakan harta suami tanpa seizinnya dan memperturutkan hawa nafsunya, yang lainya misalnya merasa tidak puas dengan perekonomian sang suami sehingga selalu menuntut tiap hari keurangan-kekurangan  yang ada, bahkan begitu banyak wanita-wanita yang mengaku dirinya wanita shalihah minta diceraikan hanya gara-gara urusan materil saja, waliyadzubillah, manakah salah satu sifat keshalihahnya terhadap suami dari sifatnya yang qonaah?
 Oleh karenanya, keberadaan wanita shalihah semestinya dipandang dari tujuan utama diciptakanya wanita, yaitu berfungsi sebagi sumber ketenangan dan ketenteraman suami.bila seorang wanita belum bisa membuat suaminya tenang didalam dan diluar rumah maka masih dipertanyakan keshalihahnya atau keshalihahnya belum sempurna, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu dari istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?


'Seperti Apa Istri yang Shalihah Itu?

Terbayang di benak kita, istri shalihah adalah wanita yang senantiasa menjaga shalat, banyak melakukan shalat sunnah, berpuasa bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji, rajin melaksanakan ibadah umrah, tak pernah berhenti berdzikir kepada Allah salat malam  dan komitmen menjaga hijab dan memelihara rumah. Bahkan ada seorang wanita yang merasa dengan mengamalkan itu semua, seorang wanita sudah dianggap wanita shalihah, kalau dilihat dari satu sisi kacamata, pemahaman seperti itu tidak salah – insya Allah – dia sudah dikatakan wanita shalihah sebagaimana yang dirasakan oleh kebanyakan wanita atau akhwat sekalipun ( istilah dalam bahasa arab untuk wanita ) bila dilihat dari sisi kepentingan pribadi wanita itu saja. Akan tetapi, pemahaman itu masih kurang sempurna bila hanya dilihat dari manfaatnya untuk dirinya saja atau keshalihan dirinya saja tanpa memperhatikan manfaat buat orang lain atau keshalihan buat orang lain terutama suaminya yang tersayang, itu bisa dilihat dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkaitan dengan penjelasan beliau tentang definisi wanita shalihah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Allah daripada istri yang shalihah. (Yaitu), bila ia menyuruhnya maka ia mentaatinya, bila suami memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah maka ia mendukungnya, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas rahimahullah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Empat hal yang termasuk kebahagiaan, yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal termasuk penderitaan adalah tetangga yang buruk, istri yang buruk, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang sempit. (HR. Ahmad).
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan, wanita shalihah merupakan salah satu sebab kebahagiaan dari empat sebab kebahagiaan. Dan sebaliknya, wanita yang tidak shalihah merupakan salah satu dari empat penyebab kesengsaraan. Hadits Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berikut mempertegas hal tersebut.
 Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalihah.
1>   Jika engkau memandangnya, engkau akan kagum kepadanya.
2>    Dan jika engkau pergi darinya, engkau tetap merasa aman tentang dirinya dan hartamu.
Dan di antara kesengsaraan adalah
1>   wanita yang apabila engkau memandangnya, engkau merasa enggan, lalu dia mengungkapkan kata-kata kotor kepadamu.
2>   Dan jika engkau pergi darinya, engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu.” (HR. Ibnu Hibban di dalam as-Silsilah ash-Shahihah, hadits no. 282).
Tampak jelas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan empat karakteristik wanita shalihah. Keshalihan seorang wanita tidak hanya terbatas pada banyaknya shalat, baca qur'an, puasa, haji, umrah atau banyak berdzikir kepada AllahAzza wa Jalla. Empat sifat atau akhlak di atas berkaitan dengan kepuasan dan ridha suami terhadap istri, dari mulai sikap mentaati, berhias, dan menjaga diri serta memelihara harta sang suami.
Seorang wanita, apabila shalat dengan baik, qiyamul-lail hingga kakinya bengkak, selalu berpuasa, dan lisannya senantiasa berdzikir serta berhijab dengan sempurna, ia tidak bisa disebut sebagai wanita shalihah apabila ia selalu melawan suami, berpenampilan kurang sedap di hadapan suami, bersikap kurang ramah, tidak menjaga dirinya, serta membelanjakan harta suami tanpa seizinnya dan memperturutkan hawa nafsunya, yang lainya misalnya merasa tidak puas dengan perekonomian sang suami sehingga selalu menuntut tiap hari keurangan-kekurangan  yang ada, bahkan begitu banyak wanita-wanita yang mengaku dirinya wanita shalihah minta diceraikan hanya gara-gara urusan materil saja, waliyadzubillah, manakah salah satu sifat keshalihahnya terhadap suami dari sifatnya yang qonaah?
 Oleh karenanya, keberadaan wanita shalihah semestinya dipandang dari tujuan utama diciptakanya wanita, yaitu berfungsi sebagi sumber ketenangan dan ketenteraman suami.bila seorang wanita belum bisa membuat suaminya tenang didalam dan diluar rumah maka masih dipertanyakan keshalihahnya atau keshalihahnya belum sempurna, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu dari istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

29 Januari 2013

Ustadz Mu'inudinillah: Pernyataan Fahri Hamzah sangat-sangat bodoh

SOLO (Arrahmah.com) - Jika orang yang bukan ahlinya berbicara, maka yang keluar dari pernyataannya hanyalah sebuah kebodohan bahkan kesesatan. Dan inilah yang saat ini terjadi ke banyak orang yang menjadi tokoh publik, berbicara bukan dalam kapasitasnya.
Demikian menurut DR Muhammad Mu'inudinillah Basri seperti dilaporkan Islampos.com, saat ditemui Islampos di sela-sela acara refleksi perjalanan dakwah 10 tahun INSISTS di gedung pertemuan Al-Irsyad Solo Sabtu malam kemarin (26/1/2013)
Baru-baru ini seorang politisi yang dulunya aktivis dakwah bernama Fahri Hamzah (FH) 'berkicau' di akun twitternya dengan mengatakan agama tidak perlu negara dan dirinya secara tegas mengatakan ia tidak percaya dengan negara agama, telah menuai banyak pro-kontra.
Bagi orang-orang yang menjadi pendukung tokoh tersebut mengatakan apa yang dinyatakan FH adalah sesuatu yang benar, karena tidak ada negara teokrasi dalam Islam, namun bagi orang-orang yang mengkritisi pernyataan FH akan mengatakan tokoh itu telah melecehkan Islam itu sendiri dengan meminggirkan peran agama di dalam negara.
"Saya melihat hal itu sebuah kebodohan bahkan sangat-sangat bodoh," tegas DR Muhammad Mu'inudinillah Basri yang lebih dikenal sebagai Ustadz Muin.
Ustadz Muin menilai pernyataan FH adalah pernyataan yang keluar dari orang yang tidak memiliki kapasitas untuk berbicara masalah tersebut. "Inilah kalo setiap orang ngomong bukan pada kapasitasnya, walaupun itu tidak termasuk qoth'iyat dalam dinul Islam tetapi bagi orang yang terjun di dunia dakwah maka hal itu bisa jadi sesuatu yang sangat aksiomatis, meskipun di kalangan orang awam sebaliknya," ujar ustadz yang dikenal dan dihormati oleh banyak kelompok Islam yang ada di wilayah Solo ini.
Dalam penilaian Ustadz Muin, pernyataan nyeleneh FH lebih cenderung ke arah mencari sensasi karena bukan sekali dua kali dia mengeluarkan pernyataan-pernyataan 'aneh' di akun twitternya bahkan di depan media. Jadi apa yang disampaikannya kali ini jelas menunjukkan kebodohan dirinya sebagai orang yang mengaku berasal dari 'partai dakwah', jelas ustadz Muin.
Dalam penjelasannya ustadz Muin juga menyatakan bahwa pernyataan FH bisa berimplikasi sangat luas dan bisa mengarah ke arah sekularisme, karena dengan menyatakan agama tidak perlu negara itu sama saja menegaskan bahwa agama tidak boleh campur tangan dalam urusan negara. Penerapan ajaran Islam itu sendiri memerlukan kekuasaan atau institusi yang bisa menaunginya dan itu adalah negara atau apapun namanya.
"Kalau FH sebenarnya memahami apa yang disampaikannya itu salah, maka dia bisa dihukumi sebagai sosok dholun mudhil. Dan pernyataanya itu bukan hanya salah tapi kesesatan yang sangat-sangat," tegas ustadz Muin kepada Islampos.com.
Terkait para pendukung FH yang meminta orang-orang yang mengkritisi pernyataan Fh harus melakukan tabayyun ke FH langsung, ustadz Muin menjelaskan bahwa jika kita semua sepakat bahwa memang benar FH yang menyampaikan hal tersebut dan bukan sesuatu yang dibikin-bikin oleh orang lain dan kita pun susah untuk meminta dia agar mengklarifikasi pernyataannya secara langsung apalagi pernyataannya itu disampaikan secara terbuka di depan publik, maka kita tidak perlu tabayyun.
"Kita harus miliki pandangan kapan dalil itu digunakan (dalil tentang tabayyun). Ada dalil untuk kita dan ada dalil untuk orang lain. Kalau kita yang melakukan subhat maka jangan nunggu orang yang tabayyun ke kita dan juga jangan nyalahin orang yang akhirnya bersuuzhon kepada kita. Artinya kita lah yang harus memberikan klarifikasi ke orang," pungkas ustadz Muin. (bilal/arrahmah.com)

Blog Archive