7 Juli 2009

Indonesia Kehilangan 24 Pulau

MANADO-- Indonesia telah kehilangan 24 pulau akibat pemanasan global(global warming) dan gelombang tsunami. Untungnya, 24 pulau yang hilang itu tidak berpenghuni.

''Selain itu, masih ada juga ribuan pulau yang terancam bernasib sama dengan 24 pulau yang hilang jika tidak dicegah secara dini, guna mengantisipasi kerusakan lingkungan dan laut,'' kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, saat menjadi pembicara kunci pada seminar tentang "Pengaruh World Ocean Conference (WOC) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Utara, yang digagas Forum Komunikasi BUMN se-Sulut, di Manado, Senin (6/4).

Ada empat pulau di Sumatra hilang akibat bencana tsunami, sementara enam pulau di Kepulauan Seribu juga telah dinyatakan hilang akibat naiknya air laut. Menurut Freddy, pemanasan global akan terus terjadi dan air akan meningkat cukup signifikan serta berpengaruh pada pulau-pulau kecil.

Pemerintah pusat, katanya, mulai mempertimbangkan untuk memindahkan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Pulau Kalimantan karena pengaruh tersebut. ''Sesuai perhitungan ilmiah bahwa tahun 2030, air laut akan naik di Jakarta dan Pulau Jawa pada umumnya sekitar 15 kilometer. Sehingga, mengancam populasi manusia di daerah itu,'' katanya.

Pulau Kalimantan merupakan wilayah yang tidak seismik di Indonesia karena tidak dilewati jalur gempa bumi serta memiliki potensi bagi pengembangan ibu kota negara secara menyeluruh.n ant


Jembatan Amblas, Jalur Ekonomi Lumpuh

TRENGGALEK-- Jembatan peninggalan Belanda di Desa Sukorame, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, amblas seusai hujan sejak tiga hari terakhir. Akibatnya, jalur ekonomi di dua kabupaten, yaitu Trenggalek dan Tulungagung, 'lumpuh'."Jembatan tersebut amblas hingga satu meter dari posisi awalnya," kata Cipto, salah seorang warga di Trenggalek, Senin (6/4).

Jembatan tersebut, kata dia, tidak kuat menahan gerusan air sungai yang meluap, setelah hujan mendera sejak tiga hari terakhir di Kabupaten Trenggalek. Dengan amblasnya jembatan tersebut, selain memutuskan jalur transportasi dua kabupaten, juga membuat lima desa yang bersebelahan dengan jembatan, terisolasi.

Lima desa tersebut di antaranya Desa Gebang, Serut, Ngepeh, dan Ngadirejo, Kabupaten Trenggalek. Desa tersebut terletak di sebelah selatan jembatan. Cipto juga mengatakan, di sekitar jembatan tersebut, dipasang juga pipa saluran irigasi. Dengan kejadian amblasnya jembatan itu, dikhawatirkan akan mengganggu puluhan hektare areal pertanian warga.

Ia mengatakan, tanda-tanda amblasnya jembatan peninggalan zaman penjajah Belanda tersebut, sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Beberapa titik di jembatan sudah mulai ambrol dan bangunannya terkikis.

"Selama ini, belum ada upaya perbaikan. Kami hanya berharap, pemerintah segera memperbaiki jembatan karena bangunan itu satu-satunya akses warga," kata Cipto.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Joko Setyono, mengatakan, hingga kini pihaknya masih menurunkan tim untuk mengetahui seberapa parah kerusakan jembatan tersebut. "Kami berupaya agar diadakan perbaikan,".

Tidak ada komentar:

Blog Archive